Minggu, 13 Januari 2008

Bagaimana TAG Mempersiapkan Perjalanan Menempuh Kawasan Bukit Barisan di Selatan Sumatra

Mengemudi kendaraaan saat menjelajah kawasan Sumatera tentu amat berbeda dari dengan Pulau Jawa. Persiapan matang amat diperlukan sebelum memulai perjalanan terutama bagi mereka yang baru pertama kali menyeberang Pulau Sumatera dan membawa serta keluarga termasuk balita.

Sebulan sebelum menjelajah Danau Ranau, TAG telah mengumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan perjalanan tersebut antara lain kondisi penyeberangan Selat Sunda (pada bulan Desember, biasanya gelombang lebih tinggi dan curah hujan cukup tinggi), kondisi jalan, stasiun pengisian bahan bakar maupun keamanan jalan. Terang terang sebagian rute perjalanan, terutama setelah Bukit Kemuning tidak banyak diketahui oleh TAG terranoers. Informasi banyak diperoleh melalui internet, misalnya tentang kondisi jalan di situs Departemen PU, peta perjalanan dari PUSRI dan blog mereka2 yang pernah melakukan perjalanan ke Daua Ranau. Semakin banyak informasi yang diperoleh akan semakin melengkapi persiapan perjalanan.
Dengan pertimbangan keamanan dan cuaca, juga karena membawa serta anggota keluarga, sejak awal telah disepakati bahwa kami hanya melakukan perjalanan di siang hari.

Robonganterdiri dari 9 terry dan masing-masing dilengkapi dengan radio komunikasi sehingga memudahkan para peserta untuk berkomunikasi utamanya bagi terry yang bertugas sebagai pemandu. Alat komunikasi ini juga bmembantu agar para pengemudi tidak mengantuk.

Dalam perjalanan tersebut kami hampir kehabisan bahan bakar, karena tidak semua terry dilengkapi dengan tangki cadangan. Tidak banyak SPBU ditemui setelah Bukit Kemuning dan kalaupun ada biasanya pagi hari sudah habis diborong oleh penjual bensin eceran. Tangki cadangan amat diperlukan dan pastikan tidak terbuat dari plastik karena panas udara dan goncangan selama perjalanan akan membahayakan bahan bakar tersebut.

Logistik termasuk bekal makanan selama perjalanan tidak menjadi masalah, karena telah dipersiapkan oleh para ibu dengan amat baik. Perlu diingat bahwa berbeda dengan Pulau Jawa dimana banyak tersedia warung makanan/restoran, saat melakukan perjalanan di Sumatera yang menembus hutan yang masih alami dan bahkan jarang melalui perkampungan, tentu tidak mudah mencari tempat makan.Aqua galon dan kompor gas serta alat masak (teko, wajan, panci) sebaiknya disiapkan karena akan amat berguna.

TAG terranoers sering melakukan perjalanan bersama dan untuk meningkat kebersamaan kami biasanya membuka tenda untuk tidur, sehingga perlengkapan tidur (tenda, sleeping bag, velbet dll) selalu tersedia di masing-masing terry dan ada yang membawa jenset.

Medan yang kami tempuh terutama setelah turun dari Liwa, melalui hutan lebat cagar alam Bukit Barisan dimana kami kadangkala menemukan pohon besar bertumbangan di jalan juga tanah longsor dari sisi tebing yang curam di kanan kiri jalan. Amat beruntung karena hal tersebut tidak terjadi pada saat kendaraan kami meliwati area tersebut.

Peta perjalanan menyebutkan bahwa Liwa, Krui dan beberapa tempat yang dilalui adalah langganan gempa dan dan longsor dan juga karena musim hujan jalanan licin. Untuk mengatasinya, kami telah menyiapkan beberapa perlengkapan seperti winch, cangkul, sekop, lampu tembak dan golok. Untuk perjalanan nantinya, kami teringat bahwa membawa chainsaw dan tali besar akan amat bermanfaat.
Hutan yang kami lalui sungguh menakjubkan dan amat luar biasa indah dan asri dan di beberapa tempat terdapat tanda gambar lintasan harimau, gajah ,badak dan kijang. Kesemua ini akan ditemukan saat melintasi Bengkunat sampai Sanggi. Jalanan sepi, kelokan2 yang tajam, jalan mendaki dan menurun menembus Bukit Barisan bagian Selatan Sumatra. Konsentrasi penuh amat dituntut sepanjang perjalanan ini.

Setelah mengisi bahan bakar di Liwa, rombongan baru dapat mengisi kembali di SPBU Wonosobo, yang baru seminggu beroperasi. Sisa perjalanan ke arah Kota Agung, Tanjung Karang dan Jakarta berjalan denganmulus.

Secara keseluruhan kami menempuh 1074 km perjalanan dengan rute Jakarta – Bandar Lampung – Kotabumi – Bukit Kemuning-Liwa-Krui –Biha-Bengkunat-Sanggi-Kota Agung – Bandar Lampung – Jakarta. Pengalaman yang tidak dapat dilupakan terutama bagi mereka yang baru pertama menjelajah Sumatra melalui darat. Terbayar sudah rasa letih kami dengan keindahan alam selama perjalanan juga pengalaman baru.

Perjalanan ini merupakan persiapan petualangan kami selanjutnya ke Pagar Alam yang menawarkan pengalaman yang berbeda.

Sabtu, 05 Januari 2008

TAG Goes 2 Ranau : catatan perjalanan

TERRANO GOES TO RANAU

Melalui persiapan yang matang , dimulai dengan kumpul membahas rute, mengumpulkan data rute , jarak tempuh dan kondisi jalan yang dilewati, logistik serta konsumsi , akhirnya disepakati tanggal 28 Desember 2007 s/d 1 Januari 2008 , 10 anggota T.A.G dengan 9 terranonya berangkat menuju Danau Ranau – Sumatera Selatan.

28 Desember 2007
C
uaca yang tidak bersahabat , tidak menyurutkan rasa penasaran temans untuk memulai perjalanan ke Sumatera kali ini. Rasa khawatir akan gelombang tinggi di Selat Sunda sempat membuat beberapa temans ragu untuk berangkat, tapi semua tertepiskan berkat kekompakkan antar temans T.A.G. Tepat jam 22.11 malam, 9 terrano yang sudah isi bahan bakar penuh, bergerak meninggalkan parkiran McDonald didaerah BSD langsung menuju dermaga penyeberangan Merak menuju Bakaheuni. Pak Handoko – Dessy, Pak Kamil – Bu Yati, Pak Budi – Ibu Budi dan Iying, Pak Erry – Silvy dan akang supir, Calvin – Martha , Saras, Kresna dan mbak Mar, Dudi – Ledy, Rayhan dan mbak, Pak Gerry – Ibu Gerry , Gemi dan 2 tetehnya, Pak Edi – Lina , Jona dan temannya, Pak Rahmat – Ibu Rahmat, Deby dan kakaknya, Pak Joko dan temannya , semuanya ada 34 orang dengan 9 terrano yang sudah dilengkapi roof rack , penuh dengan logistik dan konsumsi. Situasi penyeberangan Merak , ramai dan padat dengan truk ,kami langsung ambil posisi didepan gerbang masuk ke dalam ferry setelah membayar Rp. 166.000 per mobil . Ombak dan arus air di Selat Sunda agak tidak bersahabat ditambah dengan hujan dan angin yang kencang , sempat rasa khawatir terbersit di hatiku untuk minta ditunda sampai kondisi baik, tapi melihat semangat temans yang lain serta tidak terlihat kekhawatiran di raut muka petugas ASDP Penyeberangan Merak , mobil aku menjadi mobil terakhir yang naik di JM Ferry yang akan mengantarkan 9 terrano menuju Bakaheuni tepat jam 01.10 pagi tanggal 29 Desember 2007.

29 Desember 2007
Y
ang jelas , aku tidak berhenti memanjatkan doa selama berada diatas ferry. Kayaknya doa itu didengar yang punya laut, tetap di tengah Selat Sunda, dengan malu-malu , bulan menampakkan bentuknya dan cahayanya , laut pun menjadi tenang kembali. Waktu sudah menunjukkan pukul 04.12 pagi , kerlap kerlip lampu dibibir pulau Sumatera sudah terlihat makin jelas, tapi ferry belum juga merapatkan badannya, karena gelombang kembali datang sehingga menyulitkan nahkoda merapatkan ferry ke dermaga di pelabuhan Bakaheuni. “Haluan 1 meter, buritan tahan ......buritan 2 meter, haluan 1 meter...haluan rapat, buritan 1 meter lagi rapat “ akhirnya JM Ferry dapat merapat dengan selamat tepat pukul 05.00 pagi . Satu per satu kami turun dari ferry dengan wajah lega , karena hampir 5 jam , kami terombang-ambing di ferry. Tanpa banyak membuang waktu, kami kembali “line up” dengan formasi mobil pak Handoko didepan dan ditutup dengan mobil Martha sebagai sweeper , kami langsung mencari tempat untuk sarapan dan mandi pagi. Rumah makan “Begadang II” dijadikan tempat mandi dan sarapan pagi. Setelah berfoto didepan jajaran terrano dengan kaos kebanggaan T.A.G , kami langsung bergerak menuju Kotabumi. Di pagi hari , jalan utama lintas Sumatera ini mulai ramai dengan berbagai macam kendaraan bermotor. Sopan dijalan , menghormati pengguna jalan yang lain dengan tidak membahayakan pengguna jalan yang lain, 9 terrano bergerak menembus keramaian kota Bandar Lampung menuju Kotabumi. Kami disuguhkan pemandangan alam yang berbeda dengan pulau Jawa, masih banyak terdapat hutan . Kehidupan masyarakat memang sangat tergantung dari keramaian lalu lintas di jalur lintas Sumatera ini. Yang menjadi perhatianku , sepanjang jalan banyak bertemu dengan pengguna terrano lainnya. Ternyata Terrano ini memang tangguh untuk kondisi alam di Sumatera . Lalu lintas semakin padat, menandakan orang Lampung sudah bangun dan mulai beraktivitas, akhirnya Kotabumi kami lewati pada pukul 10.15 . Bukit Kemuning adalah kota berikutnya yang akan kami capai, untuk bersiap berbelok menuju Liwa. Keluar dari Kotabumi , kondisi jalan mulai sepi , karena truk besar banyak yang menuju Palembang, sehingga kami dapat menambah kecepatan 9 terrano kami menembus ladang dan kebun penduduk menuju Bukit Kemuning. Kondisi jalan sangat baik, agak bergelombang dan satu dua ada lobang , tapi secara keseluruhan baik. Ke-34 temans sangat menikmati perjalanan , terdengar dari radio komunikasi yang terpasang pada tiap terry. Pak Kamil ternobatkan menjadi tour guide yang cukup handal dengan informasinya yang lengkap, Pakde “Jer-jer” Handoko yang selalu menjadi pendengar yang baik dengan ditemani kacangnya, Pak “Kabayan “ Erry yang pada jalan2 ini santai karena duduk manis disamping akang supir, Pak Gerry , jarang terdengar suaranya karena harus konsentrasi membawa 4 daranya yang cantik-cantik, Pak Rahmat dan Dudi yang paling rajin bicara , membuat rasa kantuk dan lelah temans hilang jadinya, Pak Budi , masih setia dengan komentarnya yang lugas kadang ngeledekin yang lagi makan kacang, Mas Joko , biar juga masih ada rasa trauma karena baru diseruduk dan nyeruduk di daerah Indramayu sebelum berangkat , tapi kelihatannya menikmati perjalanan , karena biar juga jarang kedengaran suaranya , tapi sekali keluar bikin yang lain tersenyum. Pak Edy yang paling rajin memandu dan memberikan informasi terutama secara teknis mesin yang bisa menambah ilmu temans yang lain , selain pak Edy bawa co-drivernya Jona ( nyetirnya saingan bapaknya ) ,terakhir Martha , karena sekarang disupirin , kayaknya lebih cerewet (yah maklumlah perempuan ) deh ..... selain ngantuk karena biasa nyetir , akhirnya radiolah yang jadi mainan ..hehehe . Tepat 12.15 , kami memasuki Bukit Kemuning. Bensin menjadi perhatian utama untuk diisi kembali sebelum mulai bergerak menuju Liwa. Dikomando oleh Ibu “Agnes Monica” Yati Kamil , para ibu’s mencari nasi untuk makan siang dan air minum. Perut sudah mulai keroncongan , tanpa membuang waktu , kami langsung bergerak menuju rest area yang terletak antara Bukit Kemuning dan Liwa. Rangkaian gunung di jajaran Bukit Barisan sudah menunggu untuk kami lalui. Ditandai dengan banyak pendakian dan berliku, 9 terrano bergerak pelan dan pasti mulai menembus hutan di Kawasan Taman Nasional Bukit Sebelas . Jalan relatif bagus, sudah banyak pelebaran jalan yang dilakukan oleh pemerintah setempat. Setelah melewati beberapa punggung gunung, kami sampai di rest area menjelang masuk kota Liwa. Logistik dibuka , tikar digelar, air dimasak untuk kopi , makan siang dengan pemandangan lembah dan ngarai yang indah , bikin mata jadi ngantuk ditambah tiupan angin yang sejuk ....Jerr ...Jeeerr deh. Untuk ada kopi buatan Agnes Monica yang seeeedap , mata ngatuk bisa dimelek lagi. Sesudah ibu’s beres-beres , kami lanjutkan perjalanan menuju Liwa dan kemudian Danau Ranau. Rumah penduduk asli yang unik dan asli banyak kami jumpai sepanjang jalan menuju Liwa. Rumah penduduk ini terasa unik karena di pulau Jawa sudah sangat jarang kita bisa menemui pemandangan seperti ini. Pukul 14.00 kota Liwa kami masuki. Kesulitan bahan bakar Premium , itu menjadi pemandangan pertama yang kami jumpai di Liwa. Pompa bensin sudah tutup karena stok Premium habis, tapi yang menariknya banyak dijumpai bensin eceran disepanjang kota Liwa dan jalan menuju Danau Ranau. Itulah keunikkan yang lain dari Liwa. Udara sudah mulai dingin , kami berbelok ke kanan dari pusat kota Liwa, 37 km lagi Danau Ranau akan hadir didepan mata kami. Pendakian , jalan berkelok serta penurunan masih menemani kami untuk menuju Danau Ranau. Kira-kira 16.30 , Danau Ranau sudah mengintip dibalik barisan gunung yang mengelilinginya.......SANGAT INDAH. Temans sudah tidak sabar lagi untuk segera sampai di Mess Pupuk Sriwijaya , tempat dimana kami menginap. Pak Gerry dan aku , tertinggal dibelakang. Kami ingin menikmati suasana kehidupan masyarakat disekeliling danau. Akhirnya 17.00 , kami semua sampai dengan selamat di Danau Ranau yang sangat indah dan luas. Pemandangannya sangat indah lah .........susah digambarkan , selain ikut melihatnya. Logistik dan konsumsi segera diturunkan, dengan dikomando oleh para bapak’s , tenda satu per satu dibuka, para ibu’s mulai membuka dapur umumnya. Suasana kekeluargaan memang sangat terasa kala semua dilakukan bersama-sama . Itulah T.A.G , susah dan senang memang dilalui bersama-sama . Mandi, makan malam dengan nasi pulen yang hangat .....menghantar tidur malam menjadi sangat nyenyak untuk melepas lelah setelah 1,5 hari berada di perjalanan. Besok ........danau Ranau , tunggu kami .

30 Desember 2007
Yang jelas , aktivitas pagi hari , meramaikan pagi pertama kami di pinggir danau Ranau ini. Antri mandi, bersihkan tenda dan sarapan pagi dengan teh serta kopi hangat. Hari ini acara bebas. Beberapa temans sepakat untuk mencoba naik perahu mengelilingi danau Ranau yang ternyata memang luas . Ada beberapa tempat yang bisa dilihat. Dengan menyewa 2 perahu kecil seharga Rp. 800.000 untuk 2 perahu, kami memulai wisata air di danau Ranau. Banding Baru adalah desa yang kami tuju pertama, kebetulan sedang diselenggarakan Festival Danau Ranau 2007 oleh Pemda setempat, jadi ada pasar tumpah disana. BORONG DURIAN adalah kegiatan para bapak’s dan BORONG ALPUKAT adalah kegiatan para ibu’s pada saat perahu kami merapat di dermaga desa Banding Baru. Durian dan alpukatnya memang murah dan enak. Selain 2 buah itu, es nongnong Banding Baru juga bikin penasaran kami untuk dibeli. Banding Baru kami tinggalkan. Pulau Mariza menjadi objek berikutnya. Pulau kecil ini tanpa penghuni, hanya banyak terdapat pohon kelapa . Kenapa ya namanya pulau Mariza ......?. Kami tidak dapat turun di pulau Mariza jadi wisata air dilanjutkan menuju pemandian air panas dipinggir danau Ranau. Setelah merapat didermaga, kami menuju sumber air panas. Yang jelas tempatnya tidak terawat , dan dibangun seadanya. Sangat disayangkan saja, kalau dikeloka dengan baik, akan makin banyak orang datang ke danau Ranau. Setelah satu per satu anggota T.A.G diusap kakinya dengan pasir panas serta air panas dengan suhu 65oC yang katanya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit, 2 perahu meninggalkan pemandian air panas untuk kembali ke Mess Pupuk Sriwijaya. Alam di danau Ranau sangat bersahabat, yang menurut informasi yang kami dapat, beberapa hari yang lalu , perahu tidak bisa jalan karena hujan, kabut dan angin sangat kencang. Sesampai di base camp, makan siang sudah menunggu ( terimakasih para ibu’s) , nasi liwet ikan teri medan, semur jengkol , menu utama hari ini. Kenyang .......mata ngantuk. Tapi keinginan untuk mencoba jalan dengan terrano menyusuri pinggir danau sangat luas, langsung menghilangkan rasa kantuk....kapan lagi . 3 terrano , beriringan keluar dari Mess Pusri , mencoba menyusuri jalan keci dipinggir danau Ranau. Kondisi jalan bagus, tapi yang jelas pemandangannya sangat indah . Bibir danau yang bersih , air danau yang jernih, banyak dijumpai air terjun kecil dan pancuran air disisi gunung. Sangat indah ....... apalagi angin bertiup kencang , suasananya seperti di pinggir laut. Pemandangan ini membayar semua lelah perjalanan menuju danau Ranau. Setelah memasuki desa Banding Baru, kami lanjutkan jalan sore menuju Simpang Sender , pemandangan berganti dengan ladang penduduk yang masih asli. Dari Simpang Sender , kami kembali ke base camp . Keluarga pak Rahmat dan mas Joko , mohon pamit untuk kembali ke Jakarta sore harinya. Ada acara keluarga yang sudah menunggu mereka disana. Kami masih betah menghabiskan waktu menikmati pemandangan danau Ranau dengan cara masing-masing, misalnya Jona anaknya Pak Edy, bersama temannya menyewa motor untuk berkeliling pinggir danau Ranau, pak Gerry milih bermain bersama Gemi di tendanya, Pak Calvin memilih tidur ditenda ...... itulah profil anggota Terrano Ano Gelo ...hehehehehe.
Malam turun ...... tinggal 1 malam lagi kami di danau Ranau , besok pagi kami mulai bergerak menuju Jakarta via pesisir pantai barat Sumatera. Setelah makan malam, para ibu’s membereskan logistik dapur umum dan konsumsi, para bapak’s ngobrol ditemani kopi . Malam kian larut .......danau Ranau pun ikut terlelap.

31 Desember 2007
P
ukul 03.30 para ibu’s sudah terjaga untuk menyiapkan konsumsi sarapan pagi yang akan dibawa . Satu per satu , temans mulai terjaga dan mulai membereskan logistik masing-masing. 7 terrano kembali dimuat dengan logistik , ditutup dengan terpal dan diikat kuat , perjalanan siap dilanjutkan . Sesudah mandi dan menikmati teh serta kopi hangat, tetap pukul 07.23 pagi , 7 terrano bergerak meninggalkan danau Ranau yang indah. Yang pertama dipersiapkan adalah bahan bakar, diputuskan Martha lebih dulu turun menuju Liwa untuk melihat kondisi pompa bensin disana. Setelah menempuh 37 km, akhirnya 7 terrano antri bersama angkot, motor dan deretan jerigen bensin untuk memenuhkan tangki bensin mobil masing-masing. Setelah semua penuh, kamilangsung menuju kota Krui ,mencari tempat yang bagus untuk sarapan pagi dipinggir pantai barat Sumatera itu. Penurunan dan hutan disebagian Taman Nasional Bukit Barisan Selatan melengkapi suasana perjalanan kami di pagi hari ini. Hutan lebat , banyak pohon yang tumbang ( mungkin karena angin kencang ) banyak dijumpai dijalur ini. Jam 10.00 , disuatu tempat di pinggir pantai, kami membuka “Bruch ( breakfast dan lunch) “ . Perjalanan dilanjutkan setelah tumis labu siam , rendang, dadar telur habis disantap . Biha adalah kota selanjutnya yang kami tuju . Kami disuguhkan pemandangan yang berbeda , pinggir pantai yang indah ( biar juga ombaknya tinggi ) , perkampungan para transmigrasi dari daerah Bali yang lengkap dengan sanggah keluarga mereka. Setelah kota Biha dan Bengkunat kami lewati, kami kembali harus menyeberangi ujungnya jajaran pengunungan Bukit Barisan , untuk mencapai kota Sanggi. Di daerah ini, aku sangat berkesan selain hutan yang sangat rapat dan lebat karena merupakan Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan , air sungainya masih jernih karena hutannya masih terjaga. Nah ...... pada satu tempat , melewati sungai yang jernih , 7 terrano tidak dapat menahan keinginan untuk turun ke sungai . Pokoknya mobil dan orangnya semua turun kesungai. Dudi , Pak Budi dan Pak Erry bermain bersama terrynya .Pak Kamil , Saras , Kresna dan Rayhan gak mau melewatkan kesempatan untuk mencoba dinginnya air sungai . Akhirnya kami menyuguhkan tontonan gratis untuk pengendara mobil dan motor yang kebetulan melintas diatas jembatan itu. PUUUUUAAASSSS ..........terrano puas, T.A.G puas, penduduk puas . Lanjutkan perjalanan , kalau tidak kami bisa kemalaman sampai di Bandar Lampung . Jalan berliku , tikungan tajam , hutan lebat , jalan sempit dan diujung rute ini menjelang Kota Agung ,masih bisa menikmati jalan yang masih belum diaspal alias jalan tanah . Setelah Kota Agung dilewati , tidak lama lagi Bandar Lampung sudah didepan mata, waktu sudah menjelang senja. Rasa lelah sudah mulai terasa. Bandar Lampung dimasuki menjelang magrib datang, kami sepakat untuk istirahat dirumah keluarganya pak Kamil. Untuk menutup konsumsi diakhir perjalanan ini, kami ingin mencoba bakso Lampung yang terkenal ,namanya Baso Soni. Tanpa membuang waktu kami menuju Baso Soni, dan segera memesan . Yang jelas , kuah baso yang panas dan air jeruk yang segar , bisa membunuh rasa lapar kami. Malam pergantian tahun baru sudah menjelang, suasana jalan sudah ramai kembali , kami bergerak meninggalkan kota Bandar Lampung menuju penyeberangan Bakaheuni. Kondisi jalan sangat ramai, didominasi oleh motor dan mobil kecil , sesekali masih ada truk besar. Yang jelas hujan kembali turun dengan lebatnya....... yang aku rasa , perjalanan menjadi lama dan bosan. Apakah karena badan sudah mulai lelah , atau tidak mau pulang alias masih betah di danau Ranau? Yang jelas jarak pandang menjadi terbatas karena curah hujan sangat lebat, melalui radio, aku ingin memastikan ke pak Kamil , kalau kondisi di penyeberangan seperti ini, lebih baik kita tunda saja, mengingat 4 jam waktu tempuh waktu kita datang. Martha bisa was was juga ya ......... Tapi semuanya terjawab, sesampai di pelabuhan Bakaheuni, hujan berhenti , cuaca sangat cerah dan waktu menunjukkan pukul 22.45 WIB . Setelah membayar ferry , kami langsung naik ferry . Tidak banyak yang nyeberang , ferry langsung menjauh meninggalkan dermaga menuju Merak. Laut sangat bersahabat menjelang lewat tahun, tidak ada ombak malah sangat tenang. Malam Tahun Baru 2008 , kami lewatkan bersama diatas ferry.

1 Januari 2008
R
enungan , kesan dan doa menemani kami anggota T.A.G melepas tahun 2007 dan menyambut 2008 dengan banyak harapan semoga T.A.G bisa lebih baik lagi. Tepat di atas ferry ,tanggal 1 Januari 2008 T.A.G diresmikan dengan acara yang sangat sederhana , tapi sangat berkesan. Pukul 02.25 , ferry merapat kembali di pelabuhan Merak. Dengan rapi , kami turun satu per satu , grouping kembali ..... selamat tinggal danau Ranau , selamat datang Jakarta-Depok-Bekasi dan Bogor. Sayup – sayup , kata2 selamat jalan dan terimakasih terdengar mengiringi kepulangan ke 7 anggota T.A.G menuju rumah masing – masing.

Perjalanan Danau Ranau sangat berkesan . Benang merah dari perjalanan ini, ternyata semua kendala bisa dihadapi bersama apabila kekompakan diatas segalanya. Saling menghargai , saling perduli membuat Danau Ranau yang sudah sangat indah menjadi tambah indah dan berkesan lagi. JERRR .....JERRR temans.